BAB
I
PENDAHULUAN
Hal-hal yang akan dibahas dalam bab ini adalah karakteristik
Masyarakat Informasi yang terdiri dari 5 (lima) sudut pandang yaitu teknologi,
ekonomi, pekerjaan, spasial, dan budaya. Karakteristik yang dikemukakan oleh
Frank Webster ini memberikan banyak acuan untuk mendefinisikan serta
menggambarkan tentang Masyarakat Informasi dengan perspektif yang berbeda, yang
mampu memberikan pemahaman secara lebih integratif. Apa yang dibahas dalam bab
ini diharapkan bukan hanya memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang
acuan untuk mendefinisikan dan menjelaskan Masyarakat Informasi tetapi juga
mendorong minat mahasiswa untuk menelusuri dan mengkaji lebih jauh aspek-aspek
teknologi, ekonomi, pekerjaan, spasial maupun budaya dalam perubahan Masyarakat
Informasi. Bab ini adalah bagian pengantar yang sifatnya konseptual untuk dasar
acuan untuk mengembangkan topik-topik yang lebih luas tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan aspek-aspek teknologi, ekonomi, pekerjaan, spasial maupun
budaya dalam perubahan Masyarakat Informasi.
Informasi merupakan
istilah yang banyak kita dengar dewasa ini. Bahkan beberapa tahun yang lalu
ramai dibicarakan sebuah era atau abad yang dikaitkan dengan informasi. Namun
apa sesungguhnya arti informasi itu sendiri? Secara sederhana informasi
diartikan sebagai sekumpulan data yang telah mendapatkan perlakuan (baca:
pengolahan) sehingga mempunyai arti. Namun definisi ini sangat sederhana untuk
dapat menjelaskan mengapa sebuah abad sampai dinamakan abad informasi. Beberapa
ahli mendefinisikan ulang informasi ini. Namun yang akan saya ambil definisi
dari Shannon yang mengatakan bahwa informasi adalah sesuatu
yang membuat pengetahuan kita berubah, yang secara logis mensahkan perubahan,
memperkuat atau menemukan hubungan yang ada pada pengetahuan yang kita miliki.
Definisi ini memberikan pengertian bahwa informasi dapat mengubah pengetahuan
yang dimiliki seseorang, bisa mengganti pengetahuan yang dimilikinya atau
justru memperkuat dan menambah pengetahuan yang dimiliki seseorang. Dengan
perubahan pengetahuan tersebut maka seseorang dapat mengubah pola hidupnya baik
kearah positif maupun kearah negatif tergantung informasi yang diperolehnya.
Mendiskusikan peran informasi didalam masyarakat tidak dapat dilepaskan dengan
istilah masyarakat informasi.
BAB II
FENOMENA MASALAH
2.1. FENOMENA
Ø Munculnya informasi di
masyarakat menyebabkan masyarakat harus mengelola informasi.
Ø Bagaimana cara anggota
masyarakat memperlakukan informasi, penghargaan terhadap informasi,
Ø bagaimana cara orang
mencari informasi, bagaimana orang membutuhkan informasi memunculkan istilah
masyarakat informasi.
Ø Menyimpulkan dari
pendapat beberapa pakar maka Masyarakat
informasi diartikan suatu masyarakat dimana kualitas hidup, dan juga
prospek perubahan sosial dan pembangunan ekonomi, tergantung pada peningkatan
dan pemanfaatan informasi
2.2. STATEGI PENGEMBANGAN
MASYRAKAT
Sekarang ini perkembangan
masyarakat tersebut sudah mencapai masyarakat post industri dimana
karakteristik masyarakat post industri ini adalah perubahan dari
memproduksi barang-barang ke memproduksi jasa, penyusunan secara teori, dengan
pengetahuan dan inovasi pelayanan sebagai strategi dan sumber transformasi
dalam masyarakat.
2.3 FAKTOR YANG MENDORONG TERJADINYA
MASYARAKAT INFORMASI
Beberapa faktor yang mendorong terbentuknya
masyarakat informasi seperti:
Ø Dinamika informasi dan
komunikasi
Ø Perkembangan teknologi
komputer
Ø Perkembangan teknologi
komunikasi
Ada beberapa elemen yang harus diperhatikan
untuk memasuki masyarakat informasi yaitu:
Ø Masyarakat yang tidak buta
huruf
Ø Pemanfaatan komputer
Ø Infrastruktur
telekomunikasi
Ø Industri percetakan yang
maju
Ø Industri TV dan Radio yang
maju
Ø Minat baca yang tinggi
Ø Sistem perpustakaan yang
maju
Kondisi Negara
Berkembang
Harus diakui bahwa informasi tersebut bergerak dari negara maju ke
negara berkembang. Lihat saja informasi mengenai tragedi runtuhnya menara
kembar di New York. Informasi dikuasai oleh negara maju yang disebarkan ke
seluruh dunia (termasuk negara berkembang) sehingga membentuk opini masyarakat
dimana menara tersebut diruntuhkan oleh kelompok teroris pimpinan Osama bin
Laden. Tidak ada informasi tandingan yang dapat membalik opini ini dari negara
berkembang. Berdasarkan opini ini maka Amerika kemudian melegitimasi
penyerangannya terhadap Irak dan menggulingkan presidennya yang dianggap
melindungi teroris. Perang Irak bukan hanya perang senjata, namun juga perang
informasi. Masih ingat televisi Al-Jazira yang menyiarkan banyak fakta yang
terjadi di Irak dan merupakan serangan balik informasi terhadap televisi barat
(dan televisi barat terkaget-kaget seperti kebakaran jenggot).
Ada empat ciri utama dari negara berkembang
yang sanga berpengaruh terhadap transfer teknologi (Mwinyimbegu 1993 dalam
Beni, R. 2002) yaitu:
Ø Kemiskinan
Ø Tingkat pendidikan yang
rendah
Ø Tenaga kerja tidak terampil
Ø Budaya lokal/tradisional
yang sangat kuat
Usaha
yang Harus Dilakukan
Apa yang harus dilakukan oleh negara berkembang utuk memasuki
masyarakat informasi? Tidak ada jalan lain negera berkembang harus memerangi
kemiskinan dan keterbelakangan sehingga tenaga kerja menjadi terampil. Dengan
kemajuan pendidikan lambat laun budaya yang menghambat masuknya teknologi akan
berubah dengan sendirinya. Beni, R (2002) membuat suatu tabel perkembangan
masyarakat dari masyarakat tidak maju (belum melakukan transisi ke arah
masyarakat informasi) sampai ke masyarakat super maju dimana informasi
merupakan komoditas yang sangat penting didalam kehidupan mereka sehari-hari
(lihat lampiran).
BAB III
PEMBAHASAN
Ø PENDEKATAN TEORITIS
3.1. Materi
Adalah umum selama beberapa dekade mengatakan bahwa mereka yang ada di
negara-negara maju seperti di Amerika Utara, Jepang, dan Eropa Barat hidup
dalam sebuah “masyarakat informasi”. Klaim ini banyak berasal dari politisi,
pendidik dan para industriawan, yang masing-masing berkepentingan dengan
bagaimana menyiapkan diri secara bagus untuk bisa bersaing dalam jaman
informasi. Sehingga apa yang sekarang akrab ialah istilah masyarakat informasi
yang terlihat jarang menimbulkan kontroversi: Ia secara sederhana adalah bagian
dari kosa-kata yang dapat diterima dari pendapat para pemimpin yang saat ini
berbicara mengenai keadaan dunia.
3.2.
Teknologi
Definisi paling umum tentang masyarakat informasi terletak pada inovasi
teknologi yang spektakular. Ide utamanya adalah terobosan pada proses,
penyimpanan, dan penyebaran informasi yang mengarah pada diterapkannya
teknologi informasi (TI) kedalam seluruh penjuru masyarakat secara virtual.
Disini, pertimbangan utamanya adalah pengurangan luarbiasa pada biaya komputer,
peningkatan pada kekuatannya, dan konsekuensi aplikasinya dimana pun. Oleh
karena saat ini sangat gampang dan mudah menaruh komputer kedalam mesin ketik,
mobil, alat pemasak nasi, jam tangan, mesin pabrik, televisi, mainan
anak-anak…maka kita dipastikan mengalami lonjakan sosial dari keadaan tersebut
dimana kita terpaksa memasuki era baru. Banyak buku, artikel majalah, dan
presentasi televisi mendukung perkembangan genre berbeda-beda yang menawarkan
sudut pandang ini: “mikro yang luarbiasa” akan mendorong keseluruhan “peradaban
silikon” baru.
Tak
diragukan lagi, apa yang kita miliki disini ialah definisi teknologi tentang
masyarakat informasi. Baik apakah hal ini adalah salah satu dari hasil dampak
dramatis inovasi teknologi baru atau sebagai hasil akhir dari perkembangan
sistem ISDN, semuanya merasakan teknologi menjadi ciri pembeda utama dari
tatanan baru.
Definisi teknologi untuk masyarakat informasi haruslah perlu mempertimbangkan
keberatan yang ada:
i) Apabila teknologi adalah kriteria utama untuk menerangkan suatu
masyarakat, maka mengapa tidak menyebutnya era yang sedang bangkit itu
“masyarakat berteknologi-tinggi” atau “jaman otomasi?” Dengan adanya banyak
kemungkinan cara dimana orang dapat menyebut masyarakat yang TI-nya sangat
dominan didalamnya – Masyarakat Silikon? Masyarakat Cybernetik? Jaman Robotik?
- mengapa memilih menyebutnya sebagai “masyarakat informasi?”. Jika
teknologi adalah kuncinya, maka agak sulit melihat mengapa diperlukan awalan
informasi untuknya. Tetapi sekali lagi “masyarakat teknologi” jarang
memunculkan ide dunia yang baru, atau bahkan berbeda secara signifikan
sebagaimana terjadi dalam masyarakat informasi.
ii) Ketika orang membaca literatur yang menceritakan tentang perubahan
yang dibawa oleh teknologi baru, orang tidak dapat, namun terguncang oleh
kehadirannya. Baik apakah itu pembelajaran tentang dampak dari revolusi
mikroelektronik dirumah, konsekuensi robotik bagi pabrik, atau naikknya kekuatan
“gelombang ketiga” dari komputer, telekomunikasi dan bioteknologi yang
mengumandangkan “matinya industrialisme dan bangkitnya peradaban baru”, yang
mana terdapat realitas bukti-mandiri tentang kekinian dari teknologi baru. Oleh
karena hal ini memang terjadi demikian, dan masing-masing dari kita dapat
melihatnya dengan mata kepala sendiri, maka tampak jelas bahwa teknologi adalah
valid sebagai ciri pembeda dari masyarakat baru.
iii) Terakhir, kritikus keberatan dengan mereka yang menilai bahwa
teknologi kali pertama ditemukan sehingga berdampak pada masyarakat dan memaksa
orang untuk meresponnya dengan menyesuaikan diri pada hal-hal baru. Teknologi
dalam versi ini sangatlah istimewa daripada yang lainnya; oleh karenanya, tiba
saatnya untuk mengenali dunia sosial secara keseluruhan: Jaman Mesin Uap, Jaman
Automobil, Jaman Atom. Disini, penolakan sentralnya bukan pada penentu
teknologi yang tak bisa dihindari – dimana teknologi dianggap sebagai dinamika
sosial utamanya – dan sebagai penyederhanaan berlebihan dari proses perubahan.
Jauh lebih penting lagi ialah teknologi masuk secara keseluruhan ke bidang
sosial, ekonomi dan politik. Ini mengikuti dari dan bagian dari liga premier
teknologi yang muncul menjadi pengusahaan-diri meskipun meninggalkan kesan pada
semua aspek masyarakat.
3.3.
Ekonomi
Terdapat
subdivisi ekonomi yang mengkhususkan diri pada “ekonomi informasi.” Dari
sinilah, dan memang sebagai pendiri dari spesialisme ini, almarhum Fritz
Machlup (1902-1983) telah mengabdikan banyak kehidupan profesionalnya demi
tujuan menilai ukuran dan pertumbuhan industri informasi. Karya rintisan
Machlup, The Production and
Distribution of Knowledge in the United States, telah disebarkan demi
membentuk ukuran masyarakat informasi dalam istilah ekonomi. Machlup berusaha
menelusuri industri informasi dalam istilah statistikal. Ia membedakan 5
kelompok industri (yang diuraikan kedalam 50 sub-cabang) yaitu:
i)
pendidikan (sekolah, akademi, perpustakaan)
ii)
media komunikasi (radio, televisi, iklan)
iii)
mesin informasi (perlengkapan komputer)
iv)
jasa informasi (hukum, asuransi, pengobatan)
v)
aktifitas informasi lainnya (riset dan pengembangan)
3.3.
Pekerjaan
Pengukuran popular dari kemunculan masyarakat informasi ialah pengukuran yang
terpusat pada perubahaan pekerjaan. Sederhananya, tujuannya adalah kita
mencapai masyarakat informasi ketika pradominansi pekerjaan ditemukan dalam
pekerjaan informasi. Yaitu, masyarakat informasi muncul ketika pegawai
kantoran, guru, pengacara, dan penghibur melebihi jumlah pekerja tambang batu
bara, pekerja jalanan, pekerja pelabuhan dan pekerja bangunan. Landasan kerja
intelektual untuk konsepsi masyarakat informasi ini dibuat oleh Daniel Bell
(1919-) ditahun 1960an, tapi sangat bagus menekankan bahwa definisi ini lebih
banyak menikmati popularitasnya dikarenakan perubahan dari pengukuran
teknologikal ke pengukuran pekerjaan. Disini penekanannya adalah pada pembuat
janji, orang-orang yang “berpikir cerdas” dan cepat dalam dunia yang berubah-pesat.
Reich menyebut hal ini sebagai “para analis simbolik”, yakni mereka yang
memikirkan, merencanakan, berinovasi, dan mengatur “ekonomi baru”. Mereka bisa
bekerja dalam “industri kreatif” (media, disain, seni), konsultansi, atau
manajemen umum, namun ide popularnya ialah para pekerja informasi itu adalah
kunci untuk kemakmuran masa mendatang. Apa yang mereka miliki secara umum ialah
pendidikan tingkat tinggi, dan prioritas yang ditempatkan oleh pemerintah
nasional ialah pada kemampuan sistem pendidikan mereka didalam mencetak
orang-orang seperti itu.
3.4.
Budaya
Konsepsi akhir dari masyarakat informasi ialah pengakuannya yang paling mudah.
Masing-masing dari kita sadar, mulai dari pola kehidupan kita sehari-hari,
dimana ada peningkatan luar biasa pada informasi dalam lingkaran sosial.
Televisi telah luas digunakan selama lebih dari 40 tahun di Inggris, tapi
sekarang pemrogramannya sudah nyaris dua puluh empat jam, orang pun mampu
menonton mulai dari tengah malam sampai dini hari. Televisi meluas dari channel
tunggal dan berhenti bersiaran sampai sekarang ada lima saluran penyiaran,
sementara digitalisasi televisi semakin maju, sehingga bisa menampung lebih
banyak channel alam dekade berikutnya.
Ø PENDEKATAN PRAKSIS
Masyarakat modern dikenal sebagai masyarakat informasional.
Pandangan tersebut dikarenakan perkembangan di bidang teknologi informasi.
Aplikasinya dalam dunia nyata pun sudah sangat beragam sehingga dapat dikatakan
bahwa tidak ada lagi segi kehidupan dari penghidupan yang tidak disentuh oleh
informasi. Salah satu produk perkembangan tersebut ialah tumbuhnya disiplin
ilmiah baru yang kini dikenal dengan istilah “informatika’.
Untuk menunjukkan betapa
pentingnya peranan informasi dalam kehidupan modern dewasa ini, masyarakat yang
mengolah informasi secara “tradisional” dalam arti tidak menggunakan sarana
bermuatan teknologi tinggi disebut masyarakat prainformasional. Sebaliknya
masyarakat yang mengolah berbagai komponen penanganan informasi dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi disebut sebagai masyarakat
informasional. Ciri-ciri masyarakat informasional menurut Siagan(2000) sebagai
berikut.
1. DasarIlmiah
Di lingkungan masyarakat prainformasional ilmu pengetahuan yang digunakan sebagai dasar berpikir masih relatif sederhana sedangkan pada masyarakat informasional dasar berpikir yang digunakan sudah memanfaatkan teori baru dan cenderung bersifat spesialistik, sehingga paradigma ilmiah untuk masyarakat prainformasional sering tampak kaku.
Di lingkungan masyarakat prainformasional ilmu pengetahuan yang digunakan sebagai dasar berpikir masih relatif sederhana sedangkan pada masyarakat informasional dasar berpikir yang digunakan sudah memanfaatkan teori baru dan cenderung bersifat spesialistik, sehingga paradigma ilmiah untuk masyarakat prainformasional sering tampak kaku.
2. Jumlah
Informasi dan Lingkup Informasi
Dalam masyarakat prainformasional masalah yang yang dihadapi tergolong sederhana, informasi yang diperlukan juga relatif sedikit serta alat untuk menciptakan dan mengelola informasi sangat terbatas. Sebaliknya masyarakat informasional cenderung memiliki masalah yang kompleks sehingga informasi yang diperlukannya sangat banyak, dan di dukung oleh peralatan hardware dan software untuk menciptakan dan mengelola informasi.
Karena berbagai keputusan yang diambil oleh masyarakat prainformasional relatif sederhana maka lingkup informasi yang dibutuhkan pun dapat dikatakan sederhana, Sebaliknya masyarakat maju biasanya dihadapkan kepada beberapa permasalahan sekaligus yang timbul secara simultan sehingga bentuk informasi yang dibutuhkan jumlahnya besar, dan lingkupnya pun luas.
Dalam masyarakat prainformasional masalah yang yang dihadapi tergolong sederhana, informasi yang diperlukan juga relatif sedikit serta alat untuk menciptakan dan mengelola informasi sangat terbatas. Sebaliknya masyarakat informasional cenderung memiliki masalah yang kompleks sehingga informasi yang diperlukannya sangat banyak, dan di dukung oleh peralatan hardware dan software untuk menciptakan dan mengelola informasi.
Karena berbagai keputusan yang diambil oleh masyarakat prainformasional relatif sederhana maka lingkup informasi yang dibutuhkan pun dapat dikatakan sederhana, Sebaliknya masyarakat maju biasanya dihadapkan kepada beberapa permasalahan sekaligus yang timbul secara simultan sehingga bentuk informasi yang dibutuhkan jumlahnya besar, dan lingkupnya pun luas.
3. Isi
Informasi
Masyarakat prainformasional berkembang dengan lamban, permasalahan yang dihadapinya relatif tidak rumit sehingga isi informasi yang dibutuhkan tidak sering mengalami perubahan. Sebaliknya, salah satu fenomena yang terlihat dalam masyarakat modern ialah sering terjadinya perubahan yang berlangsung dengan cepat. Perubahan yang cepat menyebabkan mobilitas manusia menjadi sangat tinggi yang pada gilirannya membuat semua masyarakat semakin terbuka. Keterbukaan ini disertai oleh dampak terjadinya pergeseran nilai dalam suatu masyarakat.
Masyarakat prainformasional berkembang dengan lamban, permasalahan yang dihadapinya relatif tidak rumit sehingga isi informasi yang dibutuhkan tidak sering mengalami perubahan. Sebaliknya, salah satu fenomena yang terlihat dalam masyarakat modern ialah sering terjadinya perubahan yang berlangsung dengan cepat. Perubahan yang cepat menyebabkan mobilitas manusia menjadi sangat tinggi yang pada gilirannya membuat semua masyarakat semakin terbuka. Keterbukaan ini disertai oleh dampak terjadinya pergeseran nilai dalam suatu masyarakat.
4. Lokasi
Informasi dan Jangkauan Terhadap Informasi
Masyarakat prainformasional memiliki mobilitas yang rendah serta proses pengambilan keputusannya berdasarkan pendapat dari tokoh-tokoh tertentu yang ada dalam masyarakat tersebut. Dalam lingkungan masyarakat prainformasional, jangkauan informasi masih terbatas sifat keputusan yang diambil memerlukan dukungan informasi yang bersifat terbatas sifat keputusan yang diambil memerlukan dukungan informasi yang bersifat terbatas pula. Sebaliknya, dalam lingkungan masyarakat maju, jangkauan informasi menjadi terbuka. Jangkauan informasi terbuka ialah bahwa organisasi tidak boleh puas karena memiliki informasi tertentu yang secara “konvensional” dipandang perlu dimiliki oleh organisasi tersebut.
Masyarakat prainformasional memiliki mobilitas yang rendah serta proses pengambilan keputusannya berdasarkan pendapat dari tokoh-tokoh tertentu yang ada dalam masyarakat tersebut. Dalam lingkungan masyarakat prainformasional, jangkauan informasi masih terbatas sifat keputusan yang diambil memerlukan dukungan informasi yang bersifat terbatas sifat keputusan yang diambil memerlukan dukungan informasi yang bersifat terbatas pula. Sebaliknya, dalam lingkungan masyarakat maju, jangkauan informasi menjadi terbuka. Jangkauan informasi terbuka ialah bahwa organisasi tidak boleh puas karena memiliki informasi tertentu yang secara “konvensional” dipandang perlu dimiliki oleh organisasi tersebut.
5.Cara
PenyampaianInformasidanJenisInterdependensi
Masyarakat prainformasional sumber informasinya hanya satu, sedangkan masyarakat informasional memiliki berbagai sumber informasi. Masyarakat prainformasional juga relatif tertutup dari dunia luar sebaliknya masyarakat modern selalu terbuka.
Masyarakat prainformasional sumber informasinya hanya satu, sedangkan masyarakat informasional memiliki berbagai sumber informasi. Masyarakat prainformasional juga relatif tertutup dari dunia luar sebaliknya masyarakat modern selalu terbuka.
6.
Tingkat Kompleksitas Sistem Informasi
Telah
umum diketahui bahwa makin maju suatu masyarakat, makin dinamis pula masyarakat
tersebut. Masalah yang dihadapinya pun semakin beraneka ragam. Sejalan dengan
keadaan ini, sistem informasi yang diperlukan pun makin kompleks, berbeda
dengan masyarakat prainformasional yang sistem informasinya relatif sederhana.
Mudah memahami bahwa kompleksitas sistem informasi timbul karena proses
pengambilan keputusan yang harus didukungnya semakin rumit pula. Misalnya,
sstem informasi yang diperlukan oleh suatu perusahaan yang menghasilkan barang
berbeda dengan sistem informasi yang diperlukan olehperusahaan yang
menghasilkan jasa.
7.
Pemecahan Masalah
Jika para pakar menekankan
bahwa suatu sistem informasi baru punya arti operasional dalam kehidupan suatu
organisasi jika sistem tersebut mendukung proses pengambilan keputusan. Artinya
suatu sistern informasi harus mampu mendukung kegiatan pemecahan masalah yang
dihadapi oleh pengguna sistem tersebut. Telah disinggung di muka, bahwa karena
permasalahan yang dihadapi masyarakat prainformasional relatif sederhana, tidak
terlalu dirasakan pentingnya pendekatan kesisteman dalam penanganan informasi
karena pendekatan subsistem yang bersifat parsial, atau elementer atau lokal
sudah memadai. Berbeda halnya jika permasalahan yang dihadapi kompleks, seperti
halnya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat informasional.
Kompleksitas permasalahan tersebut menuntut diambilnya langkah-langkah
pemecahan masalah yang canggih ilmiah.
BAB IV
KESIMPULAN
Negara maju sudah memasuki abad informasi dengan membentuk
masyarakat informasi (information society), bahkan lebih dari itu
masyarakatnya bukan hanya informasi, namun sudah masyarakat berpengetahuan atau
yang dikenal dengan knowledge based economy. Tugas kitalah sebagai
intelektual untuk mendidik masyarakat kita agar minimal masyarakat kita
menyadari pentingnya pendidikan serta keterampilan yang mudah-mudahan itu semua
dapat mengentaskan masyarakat kita dari kemiskinan. Dengan demikian kita
bisalah bercita-cita untuk dapat memasuki masyarakat informasi.
Berdasarkan ciri-ciri diatas dapat di simpulkan
bahwa masyarakat prainformasional selalu ketinggalan dari perkembangan IPTEK
hal ini menyebabkan masyarakat prainformasional mengelola informasi dengan cara
manual tanpa bantuan teknologi, tidak memiliki keahlian khusus, dan bersifat
tertutup. Sedangkan masyarakat informasional adalah masyarakat yang selalu
mengikuti perkembangan IPTEK yang didukung oleh berbagai informasi dalam
penyelesaian masalah yang kompleks dan bersifat terbuka serta menerima
perubahan yang ada.
Daftar Pustaka
Beni, R (2002).
Transisi Masyarakat Informasi Indonesia: suatu pemikiran awal. Dalam.
Sekapur Sirih Pendidikan Perpustakaan di Indonesia 1952 – 2002: Kumpulan
artikel Alumni dan Mahasiswa PS Ilmu Perpustakaan Program Pascasarjana Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya UI. Ed. Sulistyo-Basuki. Depok: PS Ilmu Perpustakaan
PPs FIB.
Rosyidi, Imron. Revitalisasi Peran
Perpustakaan dalam Masyarakat Informasi. Media Informasi, Forum Komunikasi
Perpustakaan. Vol. XIII, No. 6, Th.2000.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar