Rabu, 01 Februari 2012

Karakteristik Masyarakat Informasi


BAB I
PENDAHULUAN

Hal-hal yang akan dibahas dalam bab ini adalah  karakteristik Masyarakat Informasi yang terdiri dari 5 (lima) sudut pandang yaitu teknologi, ekonomi, pekerjaan, spasial, dan budaya. Karakteristik yang dikemukakan oleh Frank Webster ini memberikan banyak acuan untuk mendefinisikan serta menggambarkan tentang Masyarakat Informasi dengan perspektif yang berbeda, yang mampu memberikan pemahaman secara lebih integratif. Apa yang dibahas dalam bab ini diharapkan bukan hanya memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang acuan untuk mendefinisikan dan menjelaskan Masyarakat Informasi tetapi juga mendorong minat mahasiswa untuk menelusuri dan mengkaji lebih jauh aspek-aspek teknologi, ekonomi, pekerjaan, spasial maupun budaya dalam perubahan Masyarakat Informasi. Bab ini adalah bagian pengantar yang sifatnya konseptual untuk dasar acuan untuk mengembangkan topik-topik yang lebih luas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan aspek-aspek teknologi, ekonomi, pekerjaan, spasial maupun budaya dalam perubahan Masyarakat Informasi.
Informasi merupakan istilah yang banyak kita dengar dewasa ini. Bahkan beberapa tahun yang lalu ramai dibicarakan sebuah era atau abad yang dikaitkan dengan informasi. Namun apa sesungguhnya arti informasi itu sendiri? Secara sederhana informasi diartikan sebagai sekumpulan data yang telah mendapatkan perlakuan (baca: pengolahan) sehingga mempunyai arti. Namun definisi ini sangat sederhana untuk dapat menjelaskan mengapa sebuah abad sampai dinamakan abad informasi. Beberapa ahli mendefinisikan ulang informasi ini. Namun yang akan saya ambil definisi dari Shannon yang mengatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang membuat pengetahuan kita berubah, yang secara logis mensahkan perubahan, memperkuat atau menemukan hubungan yang ada pada pengetahuan yang kita miliki. Definisi ini memberikan pengertian bahwa informasi dapat mengubah pengetahuan yang dimiliki seseorang, bisa mengganti pengetahuan yang dimilikinya atau justru memperkuat dan menambah pengetahuan yang dimiliki seseorang. Dengan perubahan pengetahuan tersebut maka seseorang dapat mengubah pola hidupnya baik kearah positif maupun kearah negatif tergantung informasi yang diperolehnya. Mendiskusikan peran informasi didalam masyarakat tidak dapat dilepaskan dengan istilah masyarakat informasi.






BAB II
FENOMENA MASALAH

2.1. FENOMENA                
Ø  Munculnya informasi di masyarakat menyebabkan masyarakat harus mengelola informasi.
Ø  Bagaimana cara anggota masyarakat memperlakukan informasi, penghargaan terhadap informasi,
Ø  bagaimana cara orang mencari informasi, bagaimana orang membutuhkan informasi memunculkan istilah masyarakat informasi.
Ø  Menyimpulkan dari pendapat beberapa pakar maka Masyarakat informasi diartikan suatu masyarakat dimana kualitas hidup, dan juga prospek perubahan sosial dan pembangunan ekonomi, tergantung pada peningkatan dan pemanfaatan informasi
2.2. STATEGI PENGEMBANGAN MASYRAKAT
Sekarang ini perkembangan masyarakat tersebut sudah mencapai masyarakat post industri dimana karakteristik masyarakat post industri ini adalah perubahan dari memproduksi barang-barang ke memproduksi jasa, penyusunan secara teori, dengan pengetahuan dan inovasi pelayanan sebagai strategi dan sumber transformasi dalam masyarakat.
2.3 FAKTOR YANG MENDORONG TERJADINYA MASYARAKAT INFORMASI
Beberapa faktor yang mendorong terbentuknya masyarakat informasi seperti:
Ø  Dinamika informasi dan komunikasi
Ø  Perkembangan teknologi komputer
Ø  Perkembangan teknologi komunikasi

Ada beberapa elemen yang harus diperhatikan untuk memasuki masyarakat informasi yaitu:
Ø  Masyarakat yang tidak buta huruf
Ø  Pemanfaatan komputer
Ø  Infrastruktur telekomunikasi
Ø  Industri percetakan yang maju
Ø  Industri TV dan Radio yang maju
Ø  Minat baca yang tinggi
Ø  Sistem perpustakaan yang maju
Kondisi Negara Berkembang
Harus diakui bahwa informasi tersebut bergerak dari negara maju ke negara berkembang. Lihat saja informasi mengenai tragedi runtuhnya menara kembar di New York. Informasi dikuasai oleh negara maju yang disebarkan ke seluruh dunia (termasuk negara berkembang) sehingga membentuk opini masyarakat dimana menara tersebut diruntuhkan oleh kelompok teroris pimpinan Osama bin Laden. Tidak ada informasi tandingan yang dapat membalik opini ini dari negara berkembang. Berdasarkan opini ini maka Amerika kemudian melegitimasi penyerangannya terhadap Irak dan menggulingkan presidennya yang dianggap melindungi teroris. Perang Irak bukan hanya perang senjata, namun juga perang informasi. Masih ingat televisi Al-Jazira yang menyiarkan banyak fakta yang terjadi di Irak dan merupakan serangan balik informasi terhadap televisi barat (dan televisi barat terkaget-kaget seperti kebakaran jenggot).
Ada empat ciri utama dari negara berkembang yang sanga berpengaruh terhadap transfer teknologi (Mwinyimbegu 1993 dalam Beni, R. 2002) yaitu:
Ø  Kemiskinan
Ø  Tingkat pendidikan yang rendah
Ø  Tenaga kerja tidak terampil
Ø  Budaya lokal/tradisional yang sangat kuat
Usaha yang Harus Dilakukan                                       
Apa yang harus dilakukan oleh negara berkembang utuk memasuki masyarakat informasi? Tidak ada jalan lain negera berkembang harus memerangi kemiskinan dan keterbelakangan sehingga tenaga kerja menjadi terampil. Dengan kemajuan pendidikan lambat laun budaya yang menghambat masuknya teknologi akan berubah dengan sendirinya. Beni, R (2002) membuat suatu tabel perkembangan masyarakat dari masyarakat tidak maju (belum melakukan transisi ke arah masyarakat informasi) sampai ke masyarakat super maju dimana informasi merupakan komoditas yang sangat penting didalam kehidupan mereka sehari-hari (lihat lampiran).
BAB III
PEMBAHASAN

Ø  PENDEKATAN TEORITIS
3.1. Materi
            Adalah umum selama beberapa dekade mengatakan bahwa mereka yang ada di negara-negara maju seperti di Amerika Utara, Jepang, dan Eropa Barat hidup dalam sebuah “masyarakat informasi”. Klaim ini banyak berasal dari politisi, pendidik dan para industriawan, yang masing-masing berkepentingan dengan bagaimana menyiapkan diri secara bagus untuk bisa bersaing dalam jaman informasi. Sehingga apa yang sekarang akrab ialah istilah masyarakat informasi yang terlihat jarang menimbulkan kontroversi: Ia secara sederhana adalah bagian dari kosa-kata yang dapat diterima dari pendapat para pemimpin yang saat ini berbicara mengenai keadaan dunia. 
3.2. Teknologi
            Definisi paling umum tentang masyarakat informasi terletak pada inovasi teknologi yang spektakular. Ide utamanya adalah terobosan pada proses, penyimpanan, dan penyebaran informasi yang mengarah pada diterapkannya teknologi informasi (TI) kedalam seluruh penjuru masyarakat secara virtual. Disini, pertimbangan utamanya adalah pengurangan luarbiasa pada biaya komputer, peningkatan pada kekuatannya, dan konsekuensi aplikasinya dimana pun. Oleh karena saat ini sangat gampang dan mudah menaruh komputer kedalam mesin ketik, mobil, alat pemasak nasi, jam tangan, mesin pabrik, televisi, mainan anak-anak…maka kita dipastikan mengalami lonjakan sosial dari keadaan tersebut dimana kita terpaksa memasuki era baru. Banyak buku, artikel majalah, dan presentasi televisi mendukung perkembangan genre berbeda-beda yang menawarkan sudut pandang ini: “mikro yang luarbiasa” akan mendorong keseluruhan “peradaban silikon” baru.
Tak diragukan lagi, apa yang kita miliki disini ialah definisi teknologi tentang masyarakat informasi. Baik apakah hal ini adalah salah satu dari hasil dampak dramatis inovasi teknologi baru atau sebagai hasil akhir dari perkembangan sistem ISDN, semuanya merasakan teknologi menjadi ciri pembeda utama dari tatanan baru.
            Definisi teknologi untuk masyarakat informasi haruslah perlu mempertimbangkan keberatan yang ada:
i) Apabila teknologi adalah kriteria utama untuk menerangkan suatu masyarakat, maka mengapa tidak menyebutnya era yang sedang bangkit itu “masyarakat berteknologi-tinggi” atau “jaman otomasi?” Dengan adanya banyak kemungkinan cara dimana orang dapat menyebut masyarakat yang TI-nya sangat dominan didalamnya – Masyarakat Silikon? Masyarakat Cybernetik? Jaman Robotik? -  mengapa memilih menyebutnya sebagai “masyarakat informasi?”. Jika teknologi adalah kuncinya, maka agak sulit melihat mengapa diperlukan awalan informasi untuknya. Tetapi sekali lagi “masyarakat teknologi” jarang memunculkan ide dunia yang baru, atau bahkan berbeda secara signifikan sebagaimana terjadi dalam masyarakat informasi.
ii) Ketika orang membaca literatur yang menceritakan tentang perubahan yang dibawa oleh teknologi baru, orang tidak dapat, namun terguncang oleh kehadirannya. Baik apakah itu pembelajaran tentang dampak dari revolusi mikroelektronik dirumah, konsekuensi robotik bagi pabrik, atau naikknya kekuatan “gelombang ketiga” dari komputer, telekomunikasi dan bioteknologi yang mengumandangkan “matinya industrialisme dan bangkitnya peradaban baru”, yang mana terdapat realitas bukti-mandiri tentang kekinian dari teknologi baru. Oleh karena hal ini memang terjadi demikian, dan masing-masing dari kita dapat melihatnya dengan mata kepala sendiri, maka tampak jelas bahwa teknologi adalah valid sebagai ciri pembeda dari masyarakat baru.
iii) Terakhir, kritikus keberatan dengan mereka yang menilai bahwa teknologi kali pertama ditemukan sehingga berdampak pada masyarakat dan memaksa orang untuk meresponnya dengan menyesuaikan diri pada hal-hal baru. Teknologi dalam versi ini sangatlah istimewa daripada yang lainnya; oleh karenanya, tiba saatnya untuk mengenali dunia sosial secara keseluruhan: Jaman Mesin Uap, Jaman Automobil, Jaman Atom. Disini, penolakan sentralnya bukan pada penentu teknologi yang tak bisa dihindari – dimana teknologi dianggap sebagai dinamika sosial utamanya – dan sebagai penyederhanaan berlebihan dari proses perubahan. Jauh lebih penting lagi ialah teknologi masuk secara keseluruhan ke bidang sosial, ekonomi dan politik. Ini mengikuti dari dan bagian dari liga premier teknologi yang muncul menjadi pengusahaan-diri meskipun meninggalkan kesan pada semua aspek masyarakat.
3.3. Ekonomi
Terdapat subdivisi ekonomi yang mengkhususkan diri pada “ekonomi informasi.” Dari sinilah, dan memang sebagai pendiri dari spesialisme ini, almarhum Fritz Machlup (1902-1983) telah mengabdikan banyak kehidupan profesionalnya demi tujuan menilai ukuran dan pertumbuhan industri informasi. Karya rintisan Machlup, The Production and Distribution of Knowledge in the United States, telah disebarkan demi membentuk ukuran masyarakat informasi dalam istilah ekonomi. Machlup berusaha menelusuri industri informasi dalam istilah statistikal. Ia membedakan 5 kelompok industri (yang diuraikan kedalam 50 sub-cabang) yaitu:
i)          pendidikan (sekolah, akademi, perpustakaan)
ii)         media komunikasi (radio, televisi, iklan)
iii)        mesin informasi (perlengkapan komputer)
iv)        jasa informasi (hukum, asuransi, pengobatan)
v)         aktifitas informasi lainnya (riset dan pengembangan)


3.3. Pekerjaan
            Pengukuran popular dari kemunculan masyarakat informasi ialah pengukuran yang terpusat pada perubahaan pekerjaan. Sederhananya, tujuannya adalah kita mencapai masyarakat informasi ketika pradominansi pekerjaan ditemukan dalam pekerjaan informasi. Yaitu, masyarakat informasi muncul ketika pegawai kantoran, guru, pengacara, dan penghibur melebihi jumlah pekerja tambang batu bara, pekerja jalanan, pekerja pelabuhan dan pekerja bangunan. Landasan kerja intelektual untuk konsepsi masyarakat informasi ini dibuat oleh Daniel Bell (1919-) ditahun 1960an, tapi sangat bagus menekankan bahwa definisi ini lebih banyak menikmati popularitasnya dikarenakan perubahan dari pengukuran teknologikal ke pengukuran pekerjaan. Disini penekanannya adalah pada pembuat janji, orang-orang yang “berpikir cerdas” dan cepat dalam dunia yang berubah-pesat. Reich menyebut hal ini sebagai “para analis simbolik”, yakni mereka yang memikirkan, merencanakan, berinovasi, dan mengatur “ekonomi baru”. Mereka bisa bekerja dalam “industri kreatif” (media, disain, seni), konsultansi, atau manajemen umum, namun ide popularnya ialah para pekerja informasi itu adalah kunci untuk kemakmuran masa mendatang. Apa yang mereka miliki secara umum ialah pendidikan tingkat tinggi, dan prioritas yang ditempatkan oleh pemerintah nasional ialah pada kemampuan sistem pendidikan mereka didalam mencetak orang-orang seperti itu.


3.4. Budaya
            Konsepsi akhir dari masyarakat informasi ialah pengakuannya yang paling mudah. Masing-masing dari kita sadar, mulai dari pola kehidupan kita sehari-hari, dimana ada peningkatan luar biasa pada informasi dalam lingkaran sosial.
            Televisi telah luas digunakan selama lebih dari 40 tahun di Inggris, tapi sekarang pemrogramannya sudah nyaris dua puluh empat jam, orang pun mampu menonton mulai dari tengah malam sampai dini hari. Televisi meluas dari channel tunggal dan berhenti bersiaran sampai sekarang ada lima saluran penyiaran, sementara digitalisasi televisi semakin maju, sehingga bisa menampung lebih banyak channel alam dekade berikutnya.
Ø  PENDEKATAN PRAKSIS
Masyarakat modern dikenal sebagai masyarakat informasional. Pandangan tersebut dikarenakan perkembangan di bidang teknologi informasi. Aplikasinya dalam dunia nyata pun sudah sangat beragam sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada lagi segi kehidupan dari penghidupan yang tidak disentuh oleh informasi. Salah satu produk perkembangan tersebut ialah tumbuhnya disiplin ilmiah baru yang kini dikenal dengan istilah “informatika’.
Untuk menunjukkan betapa pentingnya peranan informasi dalam kehidupan modern dewasa ini, masyarakat yang mengolah informasi secara “tradisional” dalam arti tidak menggunakan sarana bermuatan teknologi tinggi disebut masyarakat prainformasional. Sebaliknya masyarakat yang mengolah berbagai komponen penanganan informasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi disebut sebagai masyarakat informasional. Ciri-ciri masyarakat informasional menurut Siagan(2000) sebagai berikut.
1. DasarIlmiah
Di lingkungan masyarakat prainformasional ilmu pengetahuan yang digunakan sebagai dasar berpikir masih relatif sederhana sedangkan pada masyarakat informasional dasar berpikir yang digunakan sudah memanfaatkan teori baru dan cenderung bersifat spesialistik, sehingga paradigma ilmiah untuk masyarakat prainformasional sering tampak kaku.

2. Jumlah Informasi dan Lingkup Informasi
Dalam masyarakat prainformasional masalah yang yang dihadapi tergolong sederhana, informasi yang diperlukan juga relatif sedikit serta alat untuk menciptakan dan mengelola informasi sangat terbatas. Sebaliknya masyarakat informasional cenderung memiliki masalah yang kompleks sehingga informasi yang diperlukannya sangat banyak, dan di dukung oleh peralatan hardware dan software untuk menciptakan dan mengelola informasi.
Karena berbagai keputusan yang diambil oleh masyarakat prainformasional relatif sederhana maka lingkup informasi yang dibutuhkan pun dapat dikatakan sederhana, Sebaliknya masyarakat maju biasanya dihadapkan kepada beberapa permasalahan sekaligus yang timbul secara simultan sehingga bentuk informasi yang dibutuhkan jumlahnya besar, dan lingkupnya pun luas.
3. Isi Informasi
Masyarakat prainformasional berkembang dengan lamban, permasalahan yang dihadapinya relatif tidak rumit sehingga isi informasi yang dibutuhkan tidak sering mengalami perubahan. Sebaliknya, salah satu fenomena yang terlihat dalam masyarakat modern ialah sering terjadinya perubahan yang berlangsung dengan cepat. Perubahan yang cepat menyebabkan mobilitas manusia menjadi sangat tinggi yang pada gilirannya membuat semua masyarakat semakin terbuka. Keterbukaan ini disertai oleh dampak terjadinya pergeseran nilai dalam suatu masyarakat.

4. Lokasi Informasi dan Jangkauan Terhadap Informasi
Masyarakat prainformasional memiliki mobilitas yang rendah serta proses pengambilan keputusannya berdasarkan pendapat dari tokoh-tokoh tertentu yang ada dalam masyarakat tersebut. Dalam lingkungan masyarakat prainformasional, jangkauan informasi masih terbatas sifat keputusan yang diambil memerlukan dukungan informasi yang bersifat terbatas sifat keputusan yang diambil memerlukan dukungan informasi yang bersifat terbatas pula. Sebaliknya, dalam lingkungan masyarakat maju, jangkauan informasi menjadi terbuka. Jangkauan informasi terbuka ialah bahwa organisasi tidak boleh puas karena memiliki informasi tertentu yang secara “konvensional” dipandang perlu dimiliki oleh organisasi tersebut.
5.Cara PenyampaianInformasidanJenisInterdependensi
Masyarakat prainformasional sumber informasinya hanya satu, sedangkan masyarakat informasional memiliki berbagai sumber informasi. Masyarakat prainformasional juga relatif tertutup dari dunia luar sebaliknya masyarakat modern selalu terbuka.
6. Tingkat Kompleksitas Sistem Informasi
Telah umum diketahui bahwa makin maju suatu masyarakat, makin dinamis pula masyarakat tersebut. Masalah yang dihadapinya pun semakin beraneka ragam. Sejalan dengan keadaan ini, sistem informasi yang diperlukan pun makin kompleks, berbeda dengan masyarakat prainformasional yang sistem informasinya relatif sederhana. Mudah memahami bahwa kompleksitas sistem informasi timbul karena proses pengambilan keputusan yang harus didukungnya semakin rumit pula. Misalnya, sstem informasi yang diperlukan oleh suatu perusahaan yang menghasilkan barang berbeda dengan sistem informasi yang diperlukan olehperusahaan yang menghasilkan jasa.
7. Pemecahan Masalah
Jika para pakar menekankan bahwa suatu sistem informasi baru punya arti operasional dalam kehidupan suatu organisasi jika sistem tersebut mendukung proses pengambilan keputusan. Artinya suatu sistern informasi harus mampu mendukung kegiatan pemecahan masalah yang dihadapi oleh pengguna sistem tersebut. Telah disinggung di muka, bahwa karena permasalahan yang dihadapi masyarakat prainformasional relatif sederhana, tidak terlalu dirasakan pentingnya pendekatan kesisteman dalam penanganan informasi karena pendekatan subsistem yang bersifat parsial, atau elementer atau lokal sudah memadai. Berbeda halnya jika permasalahan yang dihadapi kompleks, seperti halnya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat informasional. Kompleksitas permasalahan tersebut menuntut diambilnya langkah-langkah pemecahan masalah yang canggih ilmiah.










BAB IV
KESIMPULAN

Negara maju sudah memasuki abad informasi dengan membentuk masyarakat informasi (information society), bahkan lebih dari itu masyarakatnya bukan hanya informasi, namun sudah masyarakat berpengetahuan atau yang dikenal dengan knowledge based economy. Tugas kitalah sebagai intelektual untuk mendidik masyarakat kita agar minimal masyarakat kita menyadari pentingnya pendidikan serta keterampilan yang mudah-mudahan itu semua dapat mengentaskan masyarakat kita dari kemiskinan. Dengan demikian kita bisalah bercita-cita untuk dapat memasuki masyarakat informasi.
Berdasarkan ciri-ciri diatas dapat di simpulkan bahwa masyarakat prainformasional selalu ketinggalan dari perkembangan IPTEK hal ini menyebabkan masyarakat prainformasional mengelola informasi dengan cara manual tanpa bantuan teknologi, tidak memiliki keahlian khusus, dan bersifat tertutup. Sedangkan masyarakat informasional adalah masyarakat yang selalu mengikuti perkembangan IPTEK yang didukung oleh berbagai informasi dalam penyelesaian masalah yang kompleks dan bersifat terbuka serta menerima perubahan yang ada.



Daftar Pustaka

        Beni, R (2002). Transisi Masyarakat Informasi Indonesia: suatu pemikiran awal. Dalam. Sekapur Sirih Pendidikan Perpustakaan di Indonesia 1952 – 2002: Kumpulan artikel Alumni dan Mahasiswa PS Ilmu Perpustakaan Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI. Ed. Sulistyo-Basuki. Depok: PS Ilmu Perpustakaan PPs FIB.
         Rosyidi, Imron. Revitalisasi Peran Perpustakaan dalam Masyarakat Informasi. Media Informasi, Forum Komunikasi Perpustakaan. Vol. XIII, No. 6, Th.2000.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar