Sejak
kemerdekaan Malaysia 1957, kebijakan luar negeri yang dijalankan berpengaruh
dengan pemegang pimpinan Negara. Selain itu, pertimbangan politik serta ekonomi
salam negeri juga keadaan regional dan international menjadi factor yang
menentukan dalam perumusan kebijakan luar negeri Malaysia segera setelah Negara
tersebut merdeka dan masa selanjutnya Kemerdekaan Malaysia dicapai ketika
pemberontakan komunis masih berkelanjutan dan Negara masih dalam keadaan
darurat, menyebabkan Negara tersebut sangat anti komunis. Oleh sebab itu lebih
dari satu dasawarsa kemudian kebijakan luar negeri Malaysia sangat pro-Barat.
Tenku secara terang menyatakan :
“Bila
terjadi konflik antara dua ideology barat dan timur (komunis), maka saya telah
mengatakan secara terus terang bahwa kami memihak ideology barat” .
Tenku
berpendapat bahwa dengan mengikuti gerakan pembentukan dunia ketiga ini akan
menimbulkan masalah yang serius, sebab seolah-olah memberi hati kepada Partai
Komunis Malaysia (PKM) yang orientasi politiknya adalah RRC. Sedangkan PKM yang
merupakan ancaman yang serius . Selain itu keterlibatan dalam gerakan yang
dijiwai oleh RRC, mengancam perekonomian Malaysia yang berorientasi ke Barat.
Terganggunya bantuan ekonomi Barat akan mempersulit pembangunan ekonomi yang
bertujuan memperbaiki ekonomi semua golongan.
Sikap
politik luar negeri yang diambil oleh Tenku, menimbulkan suatu dilemma. Disatu
pihak terjadi ketegangan hubungan antara Indonesia-RRC, menyebabkan buruknya
hubungan Malaysia-Indonesia. Dipihak lain, sudah lama Tenku menginginkan
kerjasama yang erat dengan Negara-negara di Asia Tenggara untuk menunjang
pembangunan Malaysia.
Tan
Sri Ghazali menegaskan bahwa politik luar negeri Malaysia dibimbing oleh
keperluan untuk bergerak bersama Negara tetangganya sejauh mungkin dalam
masalah esensiil . Masalah esensiil tersebut adalah integritas wilayah, yang
dengan sendirinya menyangkut kemungkinan tekanan yang dating dari Negara besar.
Kerjasama regional ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang dapat
mengancam integritas wilayah Malaysia.
Tahun
1971 saat Tun Razak berkuasa, pemerintah bersifat netral padapolitik luar
negerinya, dengan maksud untuk mengatasi instabilitas kemacetan ekonomi dan
ancaman regional. Sikap tersebut di realisir dengan kesediaan Malaysia menjalin
persahabatan dengan Negara manapun tanpa membedakan ideologinya. Sebagai tindak
lanjut dari kebijaksanaan itu, Malaysia membuka hubungan diplomatiknya dengan
RRC yang ditandatangani pada 31 Mei 1947 .
Hubungan
dengan RRc makin dirasakan penting, sebab Malaysia melihat Uni Soviet cenderung
ingin mempertahankan kedudukannya di Asia Tenggara melalui Vietnam . Konflik
Uni Soviet dengan Cina dan persaingan globalnya dengan AS dalam perebutan
pengaruh, menjadikan Vietnam sebagai senjata ampuh bagi Uni Soviet. Atas
bantuan yang telah diterimanya, maka Vietnam memberikan posisi strategis bagi
Uni Soviet yaitu melalui akses di Teluk Cam Ranh dan Da Nang. Pemerintah Kuala
Lumpur perlu mendapatkan kawan (kekuatan) yang akan menjadi penghalang bagi
penerobosan Vietnam ke Negara Aia Tenggara lainnya, termasuk Malaysia. Dengan
adanya hubungan Vietnam-Uni Soviet dan persaingan kedua Negara itu dengan RRC,
maka Malaysia memerlukan peranan RRC untuk maksud di atas.
Pada
pemerintahan Mahathir Muhamma, politik luar negeri Malaysia mengalami perubahan
yang mencolok, terlihatketika ia meluaskan orientasi politik luar negerinya
yang tidak lagi ke Barat. Menurutnya orientasi pembangunan Malaysia yang selama
ini dititik Baratkan pada model barat khusunya Inggris sudah tidak bisa
dilakukan lagi, sebab :
“Negara-negara Barat tidak lagi membuat kemjuan-kemajuan di bidang teknologi, disamping itu masyarakat mereka ditandai oleh sikap materialistis mementingkan diri sendiri, atheis dan mengeksploitasi umat manusia sehingga tidak dapat lagi menjadi contoh bagi pembangunan ekonomi manapun pengembangan kehidupan bermasyarakat di Malaysia”
“Negara-negara Barat tidak lagi membuat kemjuan-kemajuan di bidang teknologi, disamping itu masyarakat mereka ditandai oleh sikap materialistis mementingkan diri sendiri, atheis dan mengeksploitasi umat manusia sehingga tidak dapat lagi menjadi contoh bagi pembangunan ekonomi manapun pengembangan kehidupan bermasyarakat di Malaysia”
Kebijaksanaan
luar negeri Mahathir dipengaruhi oleh masalah yang timbul dari internal Islam.
Ia menempatkan hubungan Malaysia dengan Negara Islam pada urutan kedua setelah
ASEAN dalam prioritas kebijaksanaan luar negeri . Kebijakasanaan ini dilakukan
sebagai usaha untuk membungkan isu politik yang di kembangkan oleh PAS dan
kelompok Islam Ekstrim lainnya, dimana mereka menyebutkan bahwa kegiatan
modernisasi yang berorientasi ke Barat dan perbatasan gerakan politik Islam di
Malaysia merupakan salah satu usahanya untuk mengisolir Malaysia dan gerakan
Islam Internasional dan dengan hal tersebut memantapkan sekularisasi Malaysia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar