BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lebih
dariseperempat abad yang lalu,tepatnya tahun 1972 di Stockholm, Swedia,
diselenggarakan Konferensi PBB yang bertemakan Lingkungan Hidup. Pada
kesempatan tersebut disepakati tanggal 5 Juni sebagai Hari Lingkungan
Hidup Sedunia. Selain itu asas pengelolaan lingkungan yang
diharapkanmenjadi kerangka acuan bagisetiap negara.
Terjadilah
kepunahan varietas atau jenis hayati yang hidup di dalam ekosistem.
Kerusakan lingkungan, khususnya di Indonesia, telah terjadi pada
berbagai tempat dan berbagai tipe ekosistem. Misalnya, pada ekosistem
pertanian, pesisir dan lautan. Ancaman kepunahan satwa liar juga telah
terjadi dimana-mana.
B. Rumusan Masalah
Memperlakukan
keanekaragaman hayati sekitarnya. Misalnya, punahnya sifat-sifat
kearifan penduduk lokal terhadap lingkungan hidup sekitarnya. Oleh
karena itu, pengelolaan keanekaragaman hayati yang holistik,
berkelanjutan dan berkeadilansosial bagi segenap warga masyarakat,
sungguh diperlukan untuk mempertahankan kelestarian keanekaragaman
hayati.
BAB II
PEMBAHASAN
Lebih
dariseperempat abad yang lalu,tepatnya tahun 1972 di Stockholm, Swedia,
diselenggarakanKonferensi PBB yang bertemakan Lingkungan Hidup. Pada
kesempatan tersebut disepakati tanggal 5 Junisebagai Hari Lingkungan
Hidup
Sedunia. Selain ituasas pengelolaan lingkungan yang diharapkan menjadi
kerangka acuan bagisetiap negara turut dideklarasikan.
Kini 28 tahun
sudah berlalu,namun pada kenyataannya kerusakan lingkungan hidup masih
terjadi dimana-mana, termasuk di Indonesia. Yang menonjol adalah
gangguan ataukerusakan pada berbagai ekosistemnya menyebabkan
komponenkomponen yang menyusun ekosistem, yaitu keanekaragaman varietas
(genetic, variety, atausubspecies diversity), keanekaragaman jenis
(species diversity) juga ikut terganggu. Akibatnya, terjadilah kepunahan
varietas atau jenis hayati yang hidup di dalam ekosistem. Pada
akhirnya, baiksecara langsung ataupun tidak langsung. manusia yangsangat
tergantung pada kelestarian ekosistem tapi berlaku kurang bijaksana
terhadap lingkungannya, akanmerasakan berbagai akibatnya. Kerusakan
lingkungan, khususnya di Indonesia, telah terjadi pada berbagai tempat
dan berbagai tipe ekosistem. Misalnya, pada ekosistem pertanian, pesisir
dan lautan.ncaman kepunahansatwa liar juga telah terjadi dimana-mana.
A. LAHAN PERTANIAN
Berbagai
kerusakan lingkungan di ekosistem pertanian telah banyak terjadi baik
pada ekosistem pertaniansawahmaupun ekosistem pertanian lahan kering non
padi. Kerusakan lingkungan di ekosistem sawah utamanya diakibatkan oleh
program Revolusi Hijau (green revolution), khususnya dengan adanya
introduksi varietas padiunggul dari Filipina, dan penggunaan pupuk
kimia, Serta penggunaan pestisida yang tak terkendali. Revolusi Hijau
memang telah bekerjasama meeningkatkan produksi padisecara nasional
(makro), namun program tersebut juga telah menyebabkan kerusakan
lingkungan yang tidak sedikit, seperti kepunahan ratusan varietas padi
lokal, ledakan hama baru, serta pencemaran tanah dan air.
Pengaruh
Revolusi Hijau pada system sawah, secara tidak langsung juga telah
menyebabkan komersialisasi pertanian lahan kering. Misalnya, akibat
desakan ekonomi pasar di berbagai tempat, system pertanian
agroperhutanan (agroforestry) tradisional yang ramah lingkungan, seperti
kebun campuran (talun, Sunda) ditebangi, dibuka lalu digarap menjadi
kebun sayuran komersil.
Akibatnya, sistem pertanian agroperhutanan
tradisional yang tadinya biasa ditanami aneka jenis tanaman kayu bahan
bangunan, kayu bakar dan buah-buahan, serta ditanami juga dengan jenis
tanamansemusim, s eperti tanaman pangan, bumbu sayur masak dan
obat-obatan tradisional, kini telah berubahmenjadisistem pertaniansayur
monokultur komersil.
Kendati memberi peluang keluaran( out put)
ekonomi lebih tinggi, pengelolaansistem pertanian komersilsayuran pada
dasarnyamembutuhkan asupan(i nput) yang tinggi yang bersumber dari luar
(pasar). Keperluannya terurai seperti, benih sayur, pupuk kimia dan
obat-obatan, sehingga petani menjadi sangat tergantung pada ekonomi
pasar. Akibat perubahan ini, berbagai kerusakan lingkungan terjadi
disentra-sentra pertaniansayur lahan kering, seperti pegunungan Dieng di
Jawa Tengah, serta Garut, Lembang, Majalaya, Ciwidey, dan Pangalengan,
di Jawa Barta. Kerusakan itu antara lain timbulnya erosi tanah dan
degradasi lahan, karena lahan menjadi terbuka. Erosi tanah dan pencucian
pupuk kimia, serta pestisida juga masuk ke badan perairan, seperti
sungai kolam dan danau. Hal ini telahmengganggu lingkungan perairan,
seperti pendangkalan sungai,da nau, dan pencemaran perairan yang
mengganggukehi dupan ikan, udang, dan lain-lain.
Secara umum lahan
yang terbuka, telah menyebabkan punahnya fungsi- fungsi penting dari
agro-perhutanan tradisional. Misalnya, fungsi pengatur tata air
(hidroorologi), pengatur iklim mikro, penghasil seresah dan humus,
sebagai habitat satwa liar, dan perlindungan varietas dan jenis-jenis
tanaman lokal.
Maka tidaklah heran bila berbagai varietas atau
jenisjenis tanaman lokal, seperti bambu,buah-buahan, kayu bakar, bahan
bangunan, dan obat-obatan tradisional, makin langka, karena kurang
dibudidayakan oleh para petani di lahan-lahan kering pedesaan mereka.
B. KAWASAN PESISIR DAN LAUTAN
Menurut
taksiran, Indonesiamemiliki garis pantaisepanjang 81.000 km atau
sekitar 14% garis pantai dunia, dengan luas perairannyamencapai 5,8 juta
km2 (termasuk ZEEI). Kekayaan yang dimiliki di kawasan pesisir dan
lautan adalah meliputi hutan mangrove, terumbu karang dan ikan hias,
rumput laut, dan perikanan.
Pada akhir tahun 1980-an, luas hutan
mangrove masih tercatat mencapai 4,25 juta, dengan sebaran yang terluas
ditemukan di kawasan Irian Jaya/Papua (69 %), Sumatera (16 %), dan Kalimantan (9 %). Namun di P. Jawa, kawasan hutan mangrove (bakau)s udah sangat terbatas, hanya tinggal tersisa di bebarapa kawasansaja.
Indonesia
juga memiliki wilayah terumbu karang terluas dengan bentangan dari
barat ke timur sepanjang kurang lebih 17.500 km. Rumput laut juga
ditemukan di banyak tempat. Rumput laut biasanya berguna bagi berbagai
kepentingan, seperti makanan ternak serta bahan baku industri. Sedangkan
perikanan laut Indonesia, kaya akan jenis-jenis ikan ekonomi penting,
seperti tuna, cakalang, ikan karang, pelagik kecil, dan udang. Namun
sayangnya berbagai potensi kawasan pesisir dan lautan ini telah mendapat
berbagai tekanan berat dari tindakan manusia yang tidak bijaksana,
sehingga telah menimbulkan berbagai kerusakan lingkungan.Bukan merupakan
rahasia lagi bahwa hutan mangrove di berbagai kawasan banyak
terganggu. Misalnya, penduduk lokal telah lama menggunakan berbagai
pohon bakau untuk kayu bakar, bahan bangunan, tonggak-tonggak bagan,
tempat memasang jaring ikan, bahan arang dan lain sebagainya. Hutan
mangrove juga telah dibuka secara besar- besaran untuk dijadikan daerah
pemukiman, perkebunan, bercocok tanam dan pertambakanudang. Selain itu,
pengambilan kayu-kayu mangrove berfungsi sebagai bahan bakar pabrik
minyak kelapa,pa br ik ar a ng, dan bahan bubur kayu (pulp).
Penebangan
hutanmangrove dapatmembawa dampak negative, musalnya keanekaragaman
jenis fauna di hutan tersebut berkurangsecara drastis, sementara
habitatsatwa liar. Seperti jenis-jenis burung dan mamalia terganggu
berat. Dampak lain adalah hilangnya tempat bertelur dan berlindung
jenis-jenis kepiting, ikan danudangsehingga banyak nelayan mengeluh
karena makin sedikitnya hasil tangkapan mereka. Pengikisan pantaipun
makin menjadi, akibatnya air asin dari laut merembes ke daratan. Maka
daerah pertanian dan pemukiman jadi terganggu. Belum lagi akibat jangka
panjang dan darisegi pengetahuan, sangatlah sukar untuk dapat dinilai
kerugian yang terjadi akibat kerusakan atau punahnya hutan mangrove
tersebut. Gangguan lainnya pada ekosistem pesisir dan laut adalah
penggunaan bahan peledak dan racun sianida untuk menangkap ikan serta
pengambilan terumbu karang. Hal tersebut menyebabkan berbagai gangguan
dan kerusakan terhadap jenis-jenis terumbu karang dan ikan hias.
Gangguan
terhadap perikanan laut, antara lain terjadi karena adanya eksplotasi
jenis-jenis ikan danudang yangmelampui nilai keberlanjutannya dan
diperberat denganmakinmaraknya pencurian yang dilakukan oleh para
nelayan asing, seperti Thailand, Korea Selatan, dan Filipina. Hal ini
semua telah menyebabkan penangkan ikan secara berlebihan (overfishing)
yang mengganggu ekosistem lautan. Untuk jangka panjang, hal ini sangat
membahayakan, karena keberlanjutan usaha perikanan nelayan dan industri
perikanan di Indonesia tidak dapat dijamin.
C. KAWASAN HUTAN
Berbagai
kawasan hutan di Indonesia, seperti hutan gambut yang tumbuh di
lahan-lahan basah gambut, yang sangat masam (pH 4.0) dan berkandungan
hara rndah, serta lahan hutan hujan pamah Dipterocarparceae ataupun non
-Dipteroracpaceae telah banyak yang mengalami kerusakan. Salah satu
kasus yang paling menonjol adalah pembukaan lahan gambut secara
besar-besaran dalam rangka Proyek Pengembangan Lahan Gambut (PPLG)sejuta
hektar di Kalimantan Tengah pada tahun 1995 tanpa mempedulikan
dampaknya terhadap lingkungan hidup. Program di lahan seluas 1.687.112
hektar tersebut diperuntukan bagi pengembangan pertanian tanaman pangan,
lahan sawah, dan sebagai kawasan transmigrasi. Namun gagasan tersebut
pudar seiring dengan munculnya sistem pemerintahan yang baru. Akibatnya
lahan-lahan itu dibiarkan membentuk semak-semak belukar sehingga para
transmigran yang sudah lama bermukim di sekitar tempat itu pun tidak
dapat lagi menggarap lahan tersebut, karenas elain lahannya sudah tidak
subur, banyak hama tikus dan babi hutan.Di samping itu, air di
parit-parit pun berwarna gelap kemerah-merahan serta asam, sehingga bila
dikonsumsi dapat merusak gigi (Kompas, 8 Mei 2000).
Masalah lainnya,
peladangan liar oleh penduduk pendatang, kebakaran hutan dan lahan,
pemberian konsesi hutan (HPH), pembukaan hutanuntuk transmigrasi dan
perkebunan besar, serta pencurian hasil hutan, juga telah menyebabkan
kerusakan ekosistemhutan secara besar-besaran. Akibatnya, keanekaragam
flora dan fauna hutan menurun drastis, sertamanfaat hutan bagi manusia
dapat terganggu atau hilang sama sekali. Contohnya, hilangnya manfaat
yang langsung bagi manusia, antara lain hasil kayu, getah, sumber
obat-obatan, bahan industri, bahan kosmetik, bahan buah-buahan dan
lain-lain. Disamping itu, manfaat hutan secara tidak langsung juga ikut
hilang. Misalnya, sebagai pengatur tata air di alam (hidroorologi0.
Memberi keindahan di alam, menjaga kelembabanudara, memelihara iklim
lokal, habitat satwa liar, sumber plasma nutfah, kepentingan rekreasi,
kepentingan ilmiah, dan lain-lain.
Secara umum, adanya gangguan hutan
dimana-mana, yang paling merasakan akibatnya secara langsung adalah
penduduk yang bermukim di kawasan atau sekitar kawasan hutan. Rusak atau
hilangnya hutan, bukan saja dapat mengakibatkan gangguan lingkungan
hayati, tapi juga secara langsung dapat mengganggu ke hidupan sosial
ekonomi dan budaya masyarakat pedesaan hutan. Mereka yang tadinya
mendapatkan bahan makanan dari jenis-jenis tumbuhan atau satwa liar
dengan secara bebas di hutan, akan kehilangan sumber kehidupannya.
D. BENTUK KERUKSAKAN LINGKUNGAN KARENA AKTIVITAS MANUSIA.
Manusia
memanfaatkan kemajuan ilmu dan teknologi untuk
mengeksploitasilingkungan sehingga kebutuhan hidupnya terpenuhi. Namun,
ilmu dan teknologi yang dipergunakan oleh manusia telah mengakibatkan
tekanan terhadap lingkungan hidup. Karena dalam memanfaatkan alam,
manusia terkadang tidak memerhatikan dampak yangakan ditimbulkan.
Beberapa bentuk kerusakan lingkungan yang dipengaruhi oleh aktivitas
manusia, antara lain, meliputi hal-hal berikut ini.
Pencemaran
Lingkungan Pencemaran disebut juga dengan polusi, terjadi karena
masuknya bahan-bahan pencemar (polutan) yang dapat mengganggu
keseimbangan lingkungan. Bahan-bahan pencemar tersebut pada umumnya
merupakan efek samping dari aktivitas manusia dalam pembangunan. Salah
satunya adalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh zat-zat
polutan yang semakin menyesaki bumi akibat dari kemajuan teknologi.
Disatu sisi,teknologi memang kita butuhkan tetapi disisi lain telah
menyebabkan pencemaran yangsangat membahayakan kehidupan. Hasil dari
sisa-sisa kemajuan teknologi itu kini telahmeracuni tanah, air, serta
udara. Jadi, teknologi hendaknya diciptakan sedemikian rupasehingga
tetap ramah terhadap lingkungan. Berdasarkan jenisnya, pencemaran
dapatdibagi menjadi empat, yaitu pencemaran udara, pencemaran tanah,
pencemaran air, dan pencemaran suara.Pencemaran udara yang ditimbulkan
oleh ulah manusia antara lain, disebabkanoleh asap sisa hasil
pembakaran, khususnya bahan bakar fosil (minyak dan batu bara)yang
ditimbulkan oleh kendaraan bermotor, mesin-mesin pabrik, dan
mesin-mesin pesawat terbang atau roket. Dampak yang ditimbulkan dari
pencemaran udara, antaralain, berkurangnya kadar oksigen (O2) di udara,
menipisnya lapisan ozon (O3), dan bila bersenyawa dengan air hujan akan
menimbulkan hujan asam yang dapat merusak danmencemari air, tanah, atau
tumbuhan.Pencemaran tanah disebabkan karena sampah plastik ataupun
sampah anorganik lain yang tidak dapat diuraikan di dalam tanah.
Pencemaran tanah juga dapat disebabkanoleh penggunaan pupuk atau
obat-obatan kimia yang digunakan secara berlebihan dalam pertanian,
sehingga tanah kelebihan zat-zat tertentu yang justru dapat menjadi
racun bagitanaman. Dampak rusaknya ekosistem tanah adalah semakin
berkurangnya tingkat kesuburan tanah sehingga lambat laun tanah tersebut
akan menjadi tanah kritis yang tidak dapat diolah atau
dimanfaatkan.Pencemaran air terjadi karena masuknya zat-zat polutan yang
tidak dapatdiuraikan dalam air, seperti deterjen, pestisida, minyak,
dan berbagai bahan kimialainnya, selain itu, tersumbatnya aliran sungai
oleh tumpukan sampah juga dapatmenimbulkan polusi atau pencemaran.
Dampak yang ditimbulkan dari pencemaran air adalah rusaknya ekosistem
perairan, seperti sungai, danau atau waduk, tercemarnya air tanah, air
permukaan, dan air laut.Sesungguhnya antara pencemaran udara, tanah dan
air ini satu sama lain saling berkaitan, seperti asap pabrik dan
kendaraan bermotor melepaskan karbon monoksida keudara, terjadilah
pencemaran udara. Udara yang tercemar itu naik bercampur dengan uapair,
terkondensasi dan turun sebagai hujan. Air hujan yang telah tercemar
karbonmonoksida itu bersifat asam sehingga sering disebut hujan asam.
Hujan asam ini jikamengenai tanaman atau hewan secara langsung dapat
memperlambat pertumbuhannyadan bahkan membunuhnya. Air hujan asam itu
juga memasuki air permukaan sepertisungai atau danau dan meracuni
tumbuhan serta hewan-hewan air. Sebagian hujan asamitu meresap ke tanah
dan meracuni tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan dan hewan itu jikamasih hidup
akan menyimpan racun dalam tubuhnya, dan racun tersebut tanpa
disadariakan masuk ke dalam tubuh manusia apabila manusia tersebut
mengkonsumsi tumbuhandan hewan yang sudah terkontaminasi racun
tersebut.Pencemaran air pada akhirnya juga menyebabkan pencemaran udara
dan tanah.Zat-zat polutan dalam air yang tercemar akan terurai dan
tercampur dalam udara ketika berlangsung proses penguapan. Sebagian air
yang tercemar juga memasuki tanahsehingga tanah pun itu tercemar.
Pencemaran tanah pun akhirnya juga menyebabkan pencemaran air dan udara.
Zat-zat polutan yang ada di dalam tanah dapat menguap keudara,
menimbulkan bau yang tidak sedap dan menyesakkan pernafasan. Sebagian
zat polutan itu juga memasuki air tanah dan mengisi air sumur, sungai,
dan danau. Kalau sudah seperti itu, siapakah yang akan rugi? Tentu
manusia-lah yang akan rugi danmenanggung semua akibatnya.Dan selanjutnya
adalah Pencemaran suara adalah tingkat kebisingan yang sangat
mengganggu kehidupan manusia, yaitu suara yang memiliki kekuatan > 80
desibel.Pencemaran suara dapat ditimbulkan dari suara kendaraan
bermotor, mesin kereta api,mesin jet pesawat, mesin-mesin pabrik, dan
instrumen musik. Dampak pencemaran suaramenimbulkan efek psikologis dan
kesehatan bagi manusia, antara lain, meningkatkandetak jantung,
penurunan pendengaran karena kebisingan (noise induced hearingdamaged),
susah tidur, meningkatkan tekanan darah, dan dapat menimbulkan
stres.2.Degradasi LahanDegradasi lahan adalah proses berkurangnya daya
dukung lahan terhadapkehidupan. Degradasi lahan merupakan bentuk
kerusakan lingkungan akibat pemanfaatanlingkungan oleh manusia yang
tidak memerhatikan keseimbangan lingkungan. Bentuk degradasi lahan,
misalnya lahan kritis, kerusakan ekosistem laut, dan kerusakan hutan.
Rusaknya
ekosistem laut terjadi karena bentuk eksploitasi hasil-hasil laut
secara besar- besaran, misalnya menangkap ikan dengan menggunakan jala
pukat, penggunaan bom,atau menggunakan racun untuk menangkap ikan atau
terumbu karang. Rusaknya terumbukarang berarti rusaknya habitat ikan,
sehingga kekayaan ikan dan hewan laut lain di suatudaerah dapat
berkurang.
Kerusakan hutan pada umumnya terjadi karena ulah
manusia, antara lain, karena penebangan pohon secara besar-besaran,
kebakaran hutan, dan praktik peladangan berpindah. Kerugian yang
ditimbulkan dari kerusakan hutan, misalnya punahnya habitathewan dan
tumbuhan, keringnya mata air, serta dapat menimbulkan bahaya banjir
dantanah longsor.
Degradasi lahan dapat berupa penggundulan hutan
(deforestation) dan penggersangan lahan (desertification). Penggundulan
hutan (deforestation) Perusakan dan penebangan hutan secara permanen
merupakan tindakan yangmenyebabkan hutan gundul. Penebangan hutan sudah
dilakukan penduduk selama berabad-abad. Hanya saja, dalam 50 tahun
terakhir ini kerusakan mulai dirasakan.Diperkirakan hutan yang hilang
setiap hari seluas 400.000 hektar. Sedang di Indonesia,setiap tahun luas
hutan berkurang sebanyak 1,6 juta hektar. Seandainya 1 hektar =
1lapangan sepak bola, dapat dibayangkan betapa cepat hutan hilang dari
wilayahIndonesia. Yang lebih memprihatinkan, kebanyakan kerusakan hutan
terjadi di wilayahhutan hujan tropis, termasuk hutan Papua, Sumatera,
dan Kalimantan.Banyak factor yang menyebabkan manusia melakukan
penggundulan hutan.Dorongan ekonomi cukup berperan dalam hal ini.
Pembangunan
permukiman Pembangunan permukiman baru sering dilakukan denga cara
membuka lahan hutan.Daerah transmigrasi disiapkan untuk ditempati para
transmigran agar dapat membangun kembali lingkungan barunya. Lahan
transmigran disiapkan di daerah tertentu dengan cara membuka hutan.
Selain disediakan rumah-rumah dan laha pekarangan, fasilitas prasarana
transportasi juga disiapkan untuk para transmigran. Jalan-jalan dibuat
untuk menghubungkan dengan daerah luar, di Indonesia, penyediaan lahan
transmigrandisiapkan untuk menempatkan jutaan penduduk dari Jawa atau
wilayah lain yang berpenduduk padat. Perluasan lahan pertanian Di
Amerika Selatan, pertanian tanaman pangan dan penggembalaan ternak yang
membutuhkan lahan luas menimbulkan banyak kerusakan hutan. Sebagai
bukti, sekitar 2/3 luas hutan telah rusak. Kebanyakan lahan gundul di
wilayah ini pada beberapa dekadeterakhir disebabkan oleh pengembangan
dan peternakan hewan besar serta perluasanlahan perkebunan. Lahan
diwilayah ini tidak cocok untuk pertanian dan peternakan karena kurang
subur. Lebih lanjut, lahan pertanian yang dikerjakan intensif tanpa
periode jeda telah mempercepat proses degradsi tanah. Kandungan unsur
hara dalam tanahmenyusut secara cepat dalam beberapa tahun. Pengundulan
lahan juga mempercepat degradasi lahan. Di Indonesia, kegiatan
perladangan berpindah dituding turutmenciptakan hutan gundul.c.
Penggunaan bahan bakar kayuPohon-pohon hutan dapat dijadikan kayu bakar.
Pemanfaatan kayu sebagai sumber energiterutama terjadi di Negara-negara
berkembang seperti Etiopia dan Burkina Faso di Afrika. Di Negara
tersebut bahan bakar kayu mengambil porsi lebih dari 90% dariseluruh
energy yang digunakan. Diperkirakan kebutuhan bahan bakar kayu pada
tahun2025 menjadi dua kali lipat dari pasokan yang kini tersedia.
Peningkatan jumlah penduduk menambah tekanan pada luas lahan hutan.
Tekanan akibat peningkatan jumlah penduduk akan memperluas penggundulan
hutan. Hal ini disebabkan karena kemampuanregenerasi hutan lebih lambat
disbanding kerusakan hutan serta peningkatan
kebutuhan penduduk.Penambangan terbuka/ permukanBahan tambang perlu
dikeluarkan dari dalam bumi agar dapat bermanfaat bagimanusia. Sebagai
contoh, batu bara di tambang untuk bahan bakar pembangkit listrik.Lahan
yang bayak mengandung cadangan batu bara kebanyakan masih berupa
hutan.Untuk mendapatkan batu bara, cara yang umum di lakukan di
Indonesia adalah denagn penambangan terbuka/ permukaan (open-cut/
surface mining ).Metode penambangan terbuka menyebabkan lahan hutan yang
ditebangi semakinmeluas. Akibatnya, hutan menjadi gundul dan permukaan
lahan menjadi rusak.Kerusakan lahan hutan akibat kegiatan penambangan
terbuka perlu perbaikan yangsungguh-sungguh, yaitu dengan reklamasi dan
penghijauan kembali. Jika tidak, akan banyak lubang raksasa atau
bopeng-bopeng di permukaan lahan bekas tamabang sertalahan gundul
menimbulkan degradasi lingkungan yang serius.Pembalakan Pembalakan yang
tidak terkendali menjadi penyebab utama kerusakan hutan.Kegiatan
pembalakan atelah mengubah lahan hutan menjadi gundul secara cepat.
Fungsihutan sebagai penutup dan pelindung tanah menjadi hilang. Hujan
dan angin mudahmengerosi tanah yang terbuka. Pohon-pohon yang tersisa
akan tumbang oleh anginkarena tanah tempat tumbuh akar sudah terkikis.
Pada lahan yang terbuka, sinar mataharimenyinari langsung sehingga tanah
menjadi kerin, tidak subur, dan sulit diolah.Selanjutnya kayu-kayu
gelondongan hasil pembalakan diangkat keluar dari hutanmelalui jalan
yang dibuat dengan melintasi tengah hutan. Pengankutan
kayu-kayugelondongan menyebabkan banyak kerusakan pohon-pohon pada jalur
lintasan yangdilalui truk pengangkut. Alat-alat berat seperti traktor
dan bulldozer juga menghancurkanvegetasi dan memadatkan tanah
dilindasannya. Tanah yang padat sulit menyerap air hujan sehingga
menghambat vegetasi untuk tumbuh kembali.Kerusakan hutan Indonesia
termasuk yang tercepat di dunia. Dalam setahun hutanyang rusak mencapai
1,6 juta hektar atau seluas 3 hektar permenit. Ini berarti hutan
yanggundul akibat penggalakan dalam satu menit sama denagn enam kali
luas lapangan sepak bola. Dapat dibayangakan betapa hebat dampak
pembalakan terhadap kerusakan hutan.
Penggersangan lahan
(desertification) Penggersangan lahan banyak terjadi di wilayah iklim
kering (arid) dan setengahsemi kering (semiarid). Degradasi lahan di
wilayah ini menyebabkan terbentuknya gurun.Ini berarti telah terjadi
kerusakan lahan secara meluas yang menyebabkan vegetasi tidak dapat
tumbuh.
Seperti halnya penggundulan hutan, penggersangan lahan
merupakan masalahlingkungan pada decade sekarang. Selama berabad-abad
para penggembala ternak berpindah-pindah menjelajahi padang gembala
bersama ternak-ternaknya. Cara hidupmereka member sedikit pengaruh
terhadap kerusakan lahan. Akan tetapi, bila kegiatan inidigabung denagn
kerusakan alam secara alami, maka akan berpengaruh besar
terhadap pembentukan lahan gersang pada suatu wilayah. Beberapa penyebab
penggersanganlahan sebagai berikut.
Kegiatan
pertanianPertumbuhan penduduk di wilayah semiarid biasanya diikiuti oleh
kegiatan pertanianyang meningkat. Praktik-praktik pertanian yang buruk
dengan menanami lahan secaraterus menerus tanpa jeda memang mapu
meningkatkan hasil panen. Hanya saja, keadaanini akan mempercepat
penurunan kesuburan lahan. Lahan yang sudah tidak subur kemudian di
tinggalkan. Vegetasi alami tidak dapat tumbuh dan berkembang biak
padalahan gersang karena tanah kekurangan makanan (unsur hara).Jumlah
dan ukuran hewan ternak memengaruhi kebutuhan pakan. Pertambahan jumlah
hewan ternak telah meningkatkan kebutuhan lading penggembalaan
untuk merumput. Hewan gembalaan juga menginjak-nginjak lahan dan memakan
rumput yangtinggal sedikit. Lahan yang telah habis rumputnya akan
kembali pulih setelah ditinggakandan di beri cukup kesempatan untuk
tumbuh. Akan tetapi, hal ini sulit terwujud karenahewan gembalaan yang
telah meninggalkan lading penggembalaan digantikan olehhewan gembalaan
yang lain.Penggunaan teknologi Penggersangan di wilayah semiarid dapat
ditimbulkan oleh pemanfaatan teknologi irigasimodern. Di wilayah Afrika
banyak disediakan sumur bor untuk para penggembala dibuatuntuk
mendapatkan air tanah. Sumur-sumur ini telah menarik para penggembala
danhewan gembalaanya untuk minum dan merumput. Kemudahan mendapatkan
air menyebabkan para penggembala tinggal di wilayah itu. Kaki-kaki hewan
yang menginjak tanah turut menekan lahan dan memadatkan tanah.
Degradasi lahan telah di perburuk oleh hewan-hewan gembala yang
menginjak-nginjak lahan subur di lingkungan sekitar.Sebenarnya jika
penggembala di lakukan dengan sistem rotasi seperti pada
penanamantanaman pertanian, resiko kerusakan tanah bias diperkecil.
Lahan dibiarkan istirahat agar vegetasi alami bias tumbuh kembali,
akhirnya pengembalian ketersediaan unsur haradalam tanah berlangsung
lebih cepat.Vegetasi berkurang meningkatan jumlah hewan dan manusia
mempengaruhi penurunan jumlah vegetasi.Kegiatan pencarian kayu bakar dan
hewan-hewan gembala yang merumput menyebabkan jumlah vegetasi berkurang
dengan cepat. Ketika lahan menjadi gundul dan terbukakarena pertumbuhan
penutupnya hilang, maka angin dan hujan mudah mengerosi lapisan tanah
atas yang subur. Lahan yang tererosi tidak dapat menanam dan meresapkan
air hujan ke dalam tanah. Kondidi ini menimbulkan lahan gersang sehingga
vegetasi tidak dapat tumbuh subur dan lahan menjadi sepi dari
kehidupan.
E. BENTUK KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT BENCANA ALAM
Bentuk
bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah
menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Meletusnya Gunung Merapi
didaerah Sleman Yogjakarta diikuti oleh gunung berapi di sekitarnya
menjadi status awas seperti Gunung Krakatau dan Semeru merupakan contoh
fenomena alam yang dalam sekejap mampu merubah bentuk muka
bumi.Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan
hidup antara lain:
Letusan gunung berapiLetusan gunung berapi terjadi
karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan tekanan
kuatkeluar melalui puncak gunung berapi. Bahaya yang ditimbulkan oleh
letusan gunung berapi antaralain berupa:Hujan abu vulkanik, menyebabkan
gangguan pernafasan.Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang
dilalu.Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui.Gas yang
mengandung racun.Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa
perumahan, dll. Gempa bumiGempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa
disebabkan karena beberapahal, di antaranya kegiatan magma (aktivitas
gunung berapi), terjadinya tanah turun,maupun karenagerakan lempeng di
dasar samudra. Manusia dapat mengukur berapaintensitas gempa, namun
manusiasama sekali tidak dapat memprediksikan kapanterjadinya gempa.Oleh
karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat
dibandingkan dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung
terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat langsung maupunt idak
langsung, di antaranya:Berbagai bangunan roboh.Tanah di permukaan bumi
merekah, jalan menjadi putus.Tanah longsor akibat guncangan.Terjadi
banjir, akibat rusaknya tanggul.Gempa yang terjadi di dasar laut dapat
menyebabkan tsunami (gelombang pasang)
Angin topanAngin topan
terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju
ke kawasan bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena
perbedaan suhu udara yang mencolok.Serangan angin topan bagi
negara-negara di kawasan Samudra Pasif ik dan Atlantik merupakan hal
yang biasa terjadi. Bagi wilayah-wilayah di kawasanCalifornia, Texas,
sampai di kawasan Asia seperti Koreadan Taiwan, bahaya angintopan
merupakan bencana musiman. Tetapi bagi Indonesia baru dirasakan
di pertengahan tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi
perubahan iklim diIndonesia yang tak lain disebabkan oleh adanya gejala
pemanasan global.Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit
yang menggambarkankeadaan atmosfer bumi,termasuk gambar terbentuknya
angin topan, arah, dankecepatannya. Serangan angin topan
(puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam
bentuk:Merobohkan bangunan.Rusaknya areal pertanian dan
perkebunan.Membahayakan penerbangan.Menimbulkan ombak besar yang dapat
menenggelamkan kapal.
BAB III
PENUTUP
Uraian
di atas menunjukan betapa besar dan luasnya kerusakan lingkungan yang
mengancam pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.Ada
beberapa faktor penyebab kerusakan lingkungan, antara lain:
pertambahan
penduduk yang pesat, sehingga telah menyebabkan tekanan yang sangat
berat terhadap pemanfaatan keanekaragaman hayati.Misalnya,timbulnya
eksploitasi terhadaps u mberdaya alam hayati yang
berlebihan. perkembangan teknologi yang pesat, sehingga kemampuan orang
untuk mengeksploitasi keanekaragaman hayati secara berlebihan semakin
mudah dilakukan.makin meningkatnya penduduk lokal terlibat dalame konomi
pasar kapitalis, sehingga menyebabkan eksploitasi keanekaragaman hayati
secara berlebihan.kebijakan dan pengelolaan keanekaragaman hayati
yangsangatsentralistik dan bersifat kapitalis dan tidak tepat
guna.berubahnyasistem nilai budayamasyarakat dalammemperlakukan
keanekaragaman hayati sekitarnya. Misalnya, punahnya sifat-sifat
kearifan penduduk lokal terhadap lingkungan hidup sekitarnya.Oleh
karena itu, pengelolaan keanekaragaman hayati yang holistik,
berkelanjutan dan berkeadilansosial bagisegenap wargamasyarakat, sungguh
diperlukan untuk mempertahankan kelestarian keanekaragaman hayati.
KESIMPULAN
Begitu
banyaknya masalah yang terkait dengnan lingkungan hidup yangberkaitan
dengan pembangunan.Masalah tersebut dapat timbul akibat
prosespembangunan yang kurang memperhatikan aspek lingkunganhidup. Di
era otonomiini tampak bahwa ada kecenderungan permasalahan lingkungan
hidup semakin bertambah kompleks, yang seharusnya tidak demikian halnya.
Ada sementara dugaan bahwa kemerosotan lingkungan hidup tekait dengan
pelaksanaan otonomi daerah, dimana daerah inginmeningkatkan PAD dengan
melakukan eksploitasi sumberdayaalam yang kurang memperhatikan
aspek lingkungan hidup dengan semestinya. Dengan cara seperti ini maka
terjadi kemerosotan kualitaslingkungan di mana-mana, yang diikuti dengan
timbulnya bencana alam. Terdapat banyak halyangmenyebabkan aspek
lingkungan hidup menjadi kurang diperhatikan dalam
prosespembangunan,yang bervariasi dari daerah satu dengan daerah yang
lain, dari hal-hal yang bersifat lokal sepertiketersediaan SDM sampai
kepada hal-hal yang berskalalebih luas seperti penerapan teknologi yang
tidak ramah lingkungan.Peraturan perundangan yang berkaitan dengan
pengelolaan lingkungan hidupsudahcukup memadai, namun demikian didalam
pelaksanaanya, termasuk dalampengawasan, pelaksanaannya perlu
mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh.Hal ini sangat terkait dengan
niat baik pemerintah termasuk pemerintah daerah,masyarakat dan
pihak- pihak yang berkepentingan untuk mengelola lingkungan hidupdengan
sebaik-baiknya agar prinsip pembangunan berkelanjutan
berwawasanlingkungan dapat terselenggara dengan baik. Oleh
karena pembangunan padadasarnya untuk kesejahteraan masyarakat, maka
aspirasi dari masyarakat perludidengar dan program-program kegiatan
pembangunan betul-betul yang menyentuhkepentingan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar